SLA (Service Level Agreement) dan OLA (Operational Level Agreement).



Definisi SLA
SLA singkatan dari Service Level Agreement atau jika diterjemahkan adalah, Perjanjian Tingkat Layanan , Pengertian SLA adalah bagian dari perjanjian layanan secara keseluruhan antara 2 dua entitas untuk peningkatan kinerja atau waktu pengiriman harus di perbaiki selama masa kontrak. Dua entitas tersebut biasanya dikenal sebagai penyedia layanan dan klien, dan dapat melibatkan perjanjian secara hukum karena melibatkan uang, atau kontrak lebih informal antara unit-unit bisnis internal.
SLA ini biasanya terdiri dari beberapa bagian yang mendefinisikan tanggung jawab berbagai pihak, dimana layanan tersebut bekerja dan memberikan garansi, dimana jaminan tersebut bagian dari SLA memilikitingkat harapan yang disepakati, tetapi dalam SLA mungkin terdapat tingkat ketersediaan, kemudahan layanan, kinerja, operasi atau tingkat spesifikasi untuk layanan itu sendiri. Selain itu, Perjanjian Tingkat Layanan akan menentukan target yang ideal, serta minimum yang dapat diterima.

Mengapa SLA dibutuhkan
SLA dibutuhkan jika dilihat dari sisi Penyedia layanan adalah sebagai jaminan atas service yang diberikan kepada klien, sehingga klien tersebut bisa puas atas layanan yang diberikan, dampak lain yang akan muncul dari sisi penyedia layanana adalah konsep pemasaran tradisional yaitu pemasaran dari mulut ke mulut , maksudnya adalah klien akan memberikan rekomendasi kepada temannya/ rekan lainnya bahwa layanan yang diberikan oleh penyedia tersebut bagus, sehingga berharap teman/ rekan lainnya mau berlangganan kepada provider/ penyedia layanan tersebut
Dari sisi Klien adalah menjamin aspek ketersedian  (availability) informasi(kalau kita mengacu kepada konsep informasi yang berkualias, adalah mengacu kepada availability, accurate, Update). Sehingga pihak klien merasa terbantu dengan ketersediaan layanan yang diberikan oleh pihak provider, sehingga proses pengelolaan data/ informasi dengan pihak-pihak terkait (customer/ vendor) berjalan lancar & tidak terganggu karena layanan itu mati, bisa dibayangkan jika klien tersebut adalah sebuah institusi perbankan (dimana layanan yang dibutuhkan adalah 24 jam , dengan kata lain layanan internet nya tidak boleh down (mati), dan bisa dibayangkan juga jika layanan dari perbankan itu down (mati), akibatnya dari aspek pemasaran nasabahnya dari bank tersebut tidak akan percaya , sehingga dampak yang paling tragis adalah nasabah tersebut akan berpindah kepada layanan dari bank lain ?, begitupula layanan-layanan lainnya seperti Perguruan tinggi, yang nantinya akan berdampak kepada image yang kurang baik dari perguruan tinggi tersebut.

Pentingnya Service Level Agreement (SLA)
Adapun pentingnya adanya SLA di dalam sebuah organisasi karena dapat memberikan manfaat, di antaranya sebagai berikut .
1.  Meningkatkan pemahaman penyedia layanan terhadap prioritas dan kebutuhan pengguna layanan
2. Memberikan pemahaman pada pengguna layanan mengenai seberapa besar kemampuan penyedia layanan dalam menyediakan layanan
3.   Memberikan pemahaman kepada pengguna layanan terhadap keterbatasan sumber daya yang dimiliki penyedia layanan
4.      Meningkatkan konsistensi antara pihak yang terkait dalam mengevaluasi efektifitas layanan
5.      Sebagai tolok ukur dalam melakukan peningkatan berkelanjutan
6.  Mengurangi waktu yang biasa digunakan untuk menyelesaikan konflik antara   penyedia dan pengguna layanan
7.   Memberikan pemaparan yang jelas mengenai peran, tanggung jawab dan           akuntabilitas
8.  Sebagai dasar kepercayaan, kerjasama dan hubungan baik antar penyedia dan  pengguna layanan
9.   Sebagai kerangka kerja dalam pertimbangan bisnis ketika adanya peningkatan      sumber daya
10. Sebagai control bagi pengguna layanan terhadap penyampaian layanan yang          berhubungan dengan biaya

Masalah Umum
Masalah umum yang berpengaruh pada manajemen tingkat pelayanan meliputi :
  • Pengertian SLA yang mendorong perilaku yang tidak efektif dan tidak produktif
  • SLA didefinisikan/disepakati tanpa berkonsultasi dengan tim yang bertanggung jawab untuk memberikan layanan
  • Pengertian SLA yang rumit sehingga tidak dipahami oleh kelompok pelaksana
  • Terlalu banyak fokus pada etika masing-masing individu
  • Kurangnya sudut pandang pekerjaan secara keseluruhan
  • Peringatan yang berlebihan sehingga menyebabkan orang mengabaikannya
  • Pekerjaan berlebihan yang tidak perlu sehingga bertentangan dengan SLA
  • Mengalihkan sumber daya ke SLA yang sia-sia
  • Manajemen mikro dengan angka
  • Elemen pemberi pelayanan berada diluar kendali kelompok pelaksana
  • SLA dalam jumlah besar dengan kebutuhan yang berbeda memiliki arti bahwa agen tidak yakin apa yang diharapkan dari mereka
  • Penggunaan metrik SLA untuk membuat peringkat individu de-memotivasi, mengikis semangat tim dan memimpin orang-orang untuk sengaja menyembunyikan masalah dan mencari cara-cara untuk mencapai target
  • Sistem dan atau proses yang memungkinkan pengguna untuk memalsukan pengukuran dan metric
  • SLA yang gagal memperhitungkan prioritas perubahan masalah
  • Meningkatnya masalah terlalu cepat atau terlalu lambat
  • Beban administrasi yang berlebihan terkait dengan pengambilan, analisis, dan pelaporan data SLA
 

Definisi OLA
Perjanjian tingkat operasional (operational level agreement / OLA) adalah kontrak yang menentukan bagaimana berbagai kelompok TI dalam perusahaan berencana memberikan layanan atau rangkaian layanan. OLAs dirancang untuk mengatasi dan memecahkan masalah silo TI dengan menetapkan seperangkat kriteria tertentu dan menentukan rangkaian layanan TI tertentu yang masing-masing departemen bertanggung jawab. Perlu dicatat bahwa istilah Service Level Agreement ( SLA ) digunakan di banyak perusahaan saat membahas kesepakatan antara dua kelompok internal, namun menurut kerangka Teknologi Informasi Infrastruktur Informasi ( ITIL ) untuk praktik terbaik, jenis kontrak internal ini harus disebut Sebuah Perjanjian Tingkat Operasional.
 
Cara untuk menyusun OLA
1.      Tentukan semua layanan TI yang bertanggung jawab dalam Katalog Layanan.
2.       Sebagai CIO, terlibat dalam proses ini dengan memahami apa yang dibutuhkan masing-masing layanan.
3.      Tentukan pemain kunci (tim jaringan, kelompok server, dll) dan tanggung jawab mereka.
4.      Letakkan setiap harapan kelompok TI untuk memberikan setiap layanan.
5.      Datang dengan rencana kontingensi untuk kejadian tak terduga.
  1. Uji dan uji ulang OLAs, dan buat perubahan bila diperlukan. OLAs, seperti SLA, seharusnya tidak statis dan harus memiliki tanggal mulai, tengah dan akhir.
Perbedaan SLA dan OLA
Perbedaan antara Service Level Agreement (SLA) dan Perjanjian Tingkat Operasional (Operational Level Agreement / OLA) adalah apa yang secara keseluruhan oleh organisasi TI menjanjikan kepada pelanggan (SLA), dan apa yang diinginkan oleh kelompok fungsional TI satu sama lain (OLA).
 
SLA dapat menyatakan bahwa "TI akan memastikan bahwa peralatan komputer akan dipertahankan". Tentu pernyataan itu adalah generalisasi yang tidak bisa diukur, jadi mungkin pernyataan yang lebih baik adalah "Tidak akan ada kurang dari 100 jam kerja yang hilang per tahun karena kurangnya pemeliharaan peralatan komputer".
 
OLA perlu menyatakan segala hal yang dibutuhkan kelompok fungsional TI dalam hubungannya satu sama lain untuk mendukung SLA. Ini akan mencakup apa yang tim server akan lakukan untuk menambal server, apa tim desktop yang akan dilakukan untuk menambal sistem desktop, apa yang dilakukan oleh DBA untuk mengopimalkan basis data,dll.

Idenya adalah bahwa janji yang dibuat di SLA harus dapat diukur dan didukung sepenuhnya oleh OLAs yang diandalkan SLA. 

Studi Kasus
Tabel 2.1 Studi Literatur





Pada tabel 2.1 diatas Tehrani & Mohamed (2011) berpendapat bahwa
manajemen insiden dan manajemen masalah merupakan dua aktifitas utama ITIL dalam service framework yang menangani semua insiden sampai dengan akar permasalahan masing-masing masalah. Dari pendapat yang disampaikan dapat diketahui bahwa manajemen insiden dan manajemen masalah merupakan sebuah kesatuan yangsaling mendukung untuk mengendalikan setiap insiden hingga masalah yang terjadi. Oleh karena itu dalam penulisan ini manajemen insiden dan manajemen masalah adalah komponen utama yang diteliti dan tidak dapat dipisahkan.
PT Telkomsel sebagai salah satu pelaku industri telekomunikasi tidak lepas
dari perkembangan TI. Selaras denganpenyampaian Richardson & Mahfouz (2011) bahwa dengan menyelaraskan antarasumber daya manusia, proses dan teknologi maka akan tercapai tingkat kematangan Divisi TI sesuai dengan kebutuhan organisasi, maka PT Telkomsel juga mempunyai keinginan yang kuat untuk memperkuat divisi IT Operation khususnya tingkat kematangan pada manajemen insiden dan manajemen masalah.
Pada pengukuran maturity levelnanti penulis juga memperhatikan aspek Service Level Agreement(SLA) seperti yang diungkapkan oleh Indra Waspada (2011). Dimana dalam penanganan sebuah manajemen insisden dan manajemen masalah harus memperhatikan aspek SLA dengan cara menggunakan layanan
katalog dan struktur SLA yang bertingkat untuk mendukung penyediaan layanan untuk berbagai pelanggan dan mengadaptasikan hubungan dan ketergantungan  SLM terhadap disiplin manajemen yang lain dengan merujuk ITIL.


 

SUMBER :





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode Pencarian Buta (Blind search) dan Metode Pencarian Heuristik

Trend Sist / TI Dalam Bidang Kesehatan dan Dalam Bidang Media (New Media)